Selasa, 04 Maret 2014

Penalaran

Pengertian Penalaran
      Proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Penalaran hanya terkait dengan berpikir sadar dan aktif, dan mempunyai karakteristik tertentu untuk menemukan kebenaran. Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaannya. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan cara berpikir bukan dengan perasaan. 

Ciri – Ciri Penalaran
  • Dilakukan dengan sadar,
  • Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui,
  • Sistematis,
  • Terarah dan bertujuan,
  • Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru,
  • Sadar tujuan,
  • Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh,
  • Pola pemikiran tertentu,
  • Sifat empiris rasional

Proposisi
      Proposisi adalah suatu ekspresi verbal dari keputusan yang berisi pengakuan atau pengingkaran sesuatu predikat terhadap suatu yang lain, yang dapat dinilai bener atau salah.
Jenis-jenis proposisi terbagi menjadi 4 bagian :
1. Proposisi berdasarkan Bentuk :
  • Proposisi Tunggal adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan 1 predikat. Contoh : Anggi bermain; Ayah membaca koran
  • Proposisi Majemuk adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan lebih dari 1 predikat. Contoh : Niko belajar bermain musik dan menyanyi; Adik belajar Matematika dan menghitung perkalian.

2. Proposisi berdasarkan Sifat :

  • Poposisi Kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subyek dan predikatnya mempunyai syarat apapun. Contoh : Semua laki- laki di Indonesia harus dikhinat; Setiap mengendarai sepeda motor harus memakai helm.
  • Proposisi Kondisional adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu. Contoh : Jika Angga lulus Sarjana maka saya akan berikan hadiah; Jika saya lulus penelitian ilmiah maka saya akan mengadakan syukuran.

3. Proposisi berdasarkan kualitas:
  • Proporsisi Positif, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya. Contoh : Semua gajah berbadan besar; Semua ilmuwan adalah orang pandai
  • Proporsisi Negatif, yaitu proporsisi dimana predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya. Contoh : Tidak ada binatang yang berdaun telinga yang bertelur; Tidak ada binatang yang bisa bicara
4. Proporsisi berdasarkan kuantitas
  • Proporsisi Universal, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua. Contoh : Semua warga Indonesia mememiliki KTP; Semua masyarakat mematuhi peraturan lalulintas.
  • Proporsisi spesifik / khusus, yaitu proporsisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek. Contoh : Tidak semua murid patuh kepada gurunya.

Inferensi dan Implikasi
      Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari dalam bidang logika. Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif ; kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia. Inferensi statistik memungkinkan untuk kesimpulan dari data kuantitatif.
    Implikasi yaitu keterlibatan atau keadaan terlibat, manusia sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya, yang termasuk atau tersimpul, yang disugestikan, tetapi tidak dinyatakan.
Implikasi memiliki tujuan untuk membandingkan suatu hasil penelitian antara yang lalu dengan yang baru saja dilakukan. Adapun macam-macam implikasi seperti :
  1. Implikasi teoristis >> Dalam bagian ini seorang peneliti menyajikan berbagai gambar secara lengkap mengenai implikasi teoretikal dari penelitian tersebut. Tujuannya untuk meyakinkan para penguji terhadap kontribusi ilmu pengetahuan maupun teori yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah penelitian. 
  2. Implikasi manjerial >> Bagian ini seorang peneliti menyajikan implikasi mengenai kebijakan-kebijakan yang bisa dikaitkan dengan berbagai temuan yang di dapatkan dari penelitian tersebut. Implikasi manajerial dapat memberikan suatu kontribusi yang praktis untuk manajemen.
  3. Implikasi metodologi >> Bagian ini cenderung bersifat operasional serta mampu menyajikan refleksi penulis tentang metodologi yang hendak digunakan di dalam penelitian yang dilakukan. Contohnya bagian ini bisa disajikan berupa penjelasan mengenai bagian dari metode penelitian mana yang sudah dilakukan dengan baik, bagian mana yang cenderung sulit, dan juga prosedur mana yang sudah dikembangkan untuk memecahkan berbagai masalah ataupun kesulitan yang sebenarnya belum tergambarkan pada literatur mengenai metode penelitian. Sebuah penelitian bisa menyajikan pendekatan-pendekatan yang dapat dipergunakan di dalam sebuah penelitian lanjutan maupun penelitian yang lainnya guna mempermudah atau meningkatkan mutu dari penelitian itu sendiri.

Wujud Evidensi
      Semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.

Cara menguji data :
Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi. Di bawah ini beberapa cara yang dapat di gunakan untuk pengujian tersebut, antara lain :
Observasi : Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidansi mungkin belum memuaskan seorang penulis.              Untuk lebih meyakinkan dirinya dan juga pembaca, maka harus dilakukan peninjauan atau observasi.
> Kesaksian : Untuk memperkuat evidansinya, penulis dapat menggunakan kesaksian-kesaksian orang lain      yang telah mengalami sendiri peristiwa tersebut.
> Autoritas : Fakta dalam  usaha  menyusun evidansi adalah meminta pendapat dari susatu autoritas, yakni        pendapat dari seorang ahli atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat


Cara Menguji Fakta
      Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilitian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
  1. Konsistensi : Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model.
  2. Koherensi : Koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan antara subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi.

Cara Menguji Autoritas
Untuk menilai atau menguji suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa cara pokok sebagai berikut :
  • Tidak Mengandung Prasangka : Yang tidak mengandung prasangka artinya disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya.
  • Pengalaman dan Pendidikan Autoritas : Pengalaman dan pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannya.
  • Kemashuran dan Prestise : Apakah  pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk memperlihatkkan bahwa penulis benar-benar siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, jangan berdasarkan pada satu autoritas saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar